Pasca Penolakan OPEC, COP28 Berselisih Soal Bahan Bakar Fosil

Hari Widowati
10 Desember 2023, 07:51
Sejumlah negara berselisih mengenai kemungkinan kesepakatan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil pada pertemuan puncak COP28 di Dubai, Sabtu (9/12), setelah OPEC menolak mentah-mentah usulan tersebut.
Katadata/Ezra Damara
Sejumlah negara berselisih mengenai kemungkinan kesepakatan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil pada pertemuan puncak COP28 di Dubai, Sabtu (9/12), setelah OPEC menolak mentah-mentah usulan tersebut.

Sejumlah negara berselisih mengenai kemungkinan kesepakatan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil pada pertemuan puncak COP28 di Dubai, Sabtu (9/12), setelah OPEC menolak mentah-mentah usulan tersebut. Perselisihan ini mengancam upaya untuk memberikan komitmen pertama untuk mengakhiri penggunaan minyak dan gas dalam 30 tahun pembicaraan mengenai pemanasan global.

Arab Saudi dan Rusia termasuk di antara beberapa negara yang bersikeras agar konferensi di Dubai hanya berfokus pada pengurangan emisi karbon dan tidak menargetkan bahan bakar fosil yang menyebabkan polusi iklim. Di sisi lain, setidaknya 80 negara termasuk Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan banyak negara miskin yang rentan terhadap iklim menuntut agar kesepakatan COP28 menyerukan dengan jelas agar penggunaan bahan bakar fosil segera diakhiri.

Presiden COP28 Sultan Al-Jaber mengatakan kepada negara-negara untuk mempercepat pekerjaan mereka untuk menemukan kesepakatan akhir, dengan mengatakan bahwa "masih ada lebih banyak perbedaan daripada kesepakatan".

"Jendela untuk menutup kesenjangan yang ada sudah semakin dekat," ujar Al-Jaber pada pertemuan tersebut, Sabtu (9/12) malam, seperti dikutip Reuters.

Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais sebelumnya mengatakan bahwa COP28 harus melakukan pendekatan yang realistis dalam mengatasi emisi. "Pendekatan yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi, membantu memberantas kemiskinan, dan meningkatkan ketahanan pada saat yang bersamaan," ujarnya.

Awal pekan ini, OPEC mengirim surat yang mendesak para anggotanya dan para sekutunya untuk menolak penyebutan bahan bakar fosil dalam kesepakatan KTT final. OPEC memperingatkan bahwa tekanan yang tidak semestinya dan tidak proporsional terhadap bahan bakar fosil dapat mencapai titik kritis.

"Ini adalah pertama kalinya Sekretariat OPEC mengintervensi pembicaraan iklim PBB dengan surat seperti itu," kata Alden Meyer dari lembaga pemikir perubahan iklim E3G. "Ini mengindikasikan adanya kepanikan."

Komisioner iklim Uni Eropa, Wopke Hoekstra, mengkritik surat tersebut sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan upaya-upaya iklim. "Oleh banyak orang, termasuk saya, hal itu dianggap tidak masuk akal, tidak membantu, dan tidak selaras dengan posisi dunia dalam hal situasi iklim kita yang sangat dramatis," ujar Hoekstra.

Arab Saudi adalah produsen minyak terbesar di OPEC dan pemimpin de facto organisasi tersebut, sementara Rusia adalah anggota kelompok OPEC+.

Dengan bersikeras berfokus pada emisi daripada bahan bakar fosil, kedua negara ini tampaknya bersandar pada janji teknologi penangkapan karbon yang mahal. Padahal, menurut panel ilmu iklim PBB, teknologi penangkapan karbon tidak dapat menggantikan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil di seluruh dunia.

Negosiasi Paling Sulit dalam Sejarah COP

Negara-negara lain termasuk India dan Cina tidak secara eksplisit mendukung penghapusan bahan bakar fosil di COP28, tetapi mendukung seruan populer untuk meningkatkan energi terbarukan.

Utusan iklim Tiongkok Xie Zhenhue menggambarkan pertemuan iklim tahun ini sebagai yang tersulit dalam karirnya.
"Saya telah berpartisipasi dalam negosiasi iklim ini selama 16 tahun. Pertemuan yang paling sulit adalah pertemuan tahun ini. Ada begitu banyak isu yang harus diselesaikan," kata Xie.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...